Sunday, April 29, 2018

Restu-Nya

Hidup tak selamanya indah
Hidup juga tak selamanya buruk

Hidup terkadang datar
Namun terkadang (menurut kita) terbalik

Hidup terkadang perih
Namun terkadang menyenangkan

Hidup terkadang bahagia
Tetapi terkadang terasa sedih

Hidup terkadang manis
Namun kadang terasa pahit

Siapa yang bisa memaknai hidup kita?
Diri kita atau orang lain?
Apakah kita punya makna untuk orang lain?
Atau kita hanya punya makna untuk diri kita sendiri?
Atau bahkan tak punya makna apapun?

***

Hidup itu bukan sekadar fisik
Hidup juga adalah perjalanan batin

Fisikmu bisa lemah
Tapi hatimu bahagia

Bisa juga sebaliknya

Fisikmu sempurna
Tapi hatimu rapuh

Hidupmu pilihanmu
Karena kau jalani hidup dengan tujuan yang kau pilih

Pahit manis rasanya
Getir bahagia dirasa
Pilihan ada pada rasa di hati
Akankah kita menyerahkan rasa pada orang lain?
Ataukah kita menentukan rasa itu sendiri?

Bagiku, rasaku adalah restu-Nya
Tujuanku adalah restu-Nya

Ku cari restu-Nya melalui wakil-Nya di dunia
Wakil-Nya yang kurasakan nyata 
Dan diperintah-Nya aku untuk berbakti pada wakil-Nya
Melalui wakil-Nya lah aku hadir di dunia
Dan ku cari restu-Nya dengan berbakti dengan nyata

Aku ada karena restu-Nya
Aku ada karena ijin-Nya
Aku ada karena ridho-Nya
Maka bahagiaku adalah mendapat restu-Nya

Bagaimana denganmu?

Bogor, 29 April 2018