Hidup juga tak selamanya buruk
Hidup terkadang datar
Namun terkadang (menurut kita) terbalik
Hidup terkadang perih
Namun terkadang menyenangkan
Hidup terkadang bahagia
Tetapi terkadang terasa sedih
Hidup terkadang manis
Namun kadang terasa pahit
Siapa yang bisa memaknai hidup kita?
Diri kita atau orang lain?
Apakah kita punya makna untuk orang lain?
Atau kita hanya punya makna untuk diri kita sendiri?
Atau bahkan tak punya makna apapun?
***
Hidup itu bukan sekadar fisik
Hidup juga adalah perjalanan batin
Fisikmu bisa lemah
Tapi hatimu bahagia
Bisa juga sebaliknya
Fisikmu sempurna
Tapi hatimu rapuh
Hidupmu pilihanmu
Karena kau jalani hidup dengan tujuan yang kau pilih
Pahit manis rasanya
Getir bahagia dirasa
Pilihan ada pada rasa di hati
Akankah kita menyerahkan rasa pada orang lain?
Ataukah kita menentukan rasa itu sendiri?
Bagiku, rasaku adalah restu-Nya
Tujuanku adalah restu-Nya
Ku cari restu-Nya melalui wakil-Nya di dunia
Wakil-Nya yang kurasakan nyata
Dan diperintah-Nya aku untuk berbakti pada wakil-Nya
Melalui wakil-Nya lah aku hadir di dunia
Dan ku cari restu-Nya dengan berbakti dengan nyata
Aku ada karena restu-Nya
Aku ada karena ijin-Nya
Aku ada karena ridho-Nya
Maka bahagiaku adalah mendapat restu-Nya
Bagaimana denganmu?
Bogor, 29 April 2018